Riset keyword menjadi salah satu fondasi terpenting dalam strategi SEO. Namun faktanya, banyak website yang masih kesulitan mendapatkan traffic karena melakukan riset keyword dengan cara yang kurang tepat.
Padahal, dengan pemahaman dan metode yang benar, proses riset keyword bisa menjadi lebih terarah dan menghasilkan traffic yang berkualitas.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara detail bagaimana cara melakukan riset keyword yang efektif untuk meningkatkan peringkat website Anda di mesin pencari.
Apa itu Keyword SEO dan Mengapa Penting?
Keyword SEO adalah kata atau frasa yang digunakan pengguna saat mencari informasi di mesin pencari seperti Google. Namun lebih dari sekadar kata kunci, keyword merupakan cerminan kebutuhan dan intensi pencarian target audiens Anda.
Sebagai contoh, ketika seseorang mengetikkan “cara membuat kue brownie”, mereka mungkin tidak hanya mencari resep biasa, tapi juga menginginkan panduan detail, tips khusus, variasi resep, atau video tutorial.
Pemahaman akan konteks dan maksud di balik sebuah keyword inilah yang membuat riset keyword menjadi krusial dalam strategi SEO.
Bayangkan Anda memiliki toko online yang menjual perlengkapan fotografi. Tanpa keyword yang tepat, website Anda bisa muncul pada pencarian yang tidak relevan atau bahkan tidak muncul sama sekali.
Keyword yang tepat menjadi jembatan penghubung antara konten Anda dengan kebutuhan pengguna internet, tidak hanya meningkatkan traffic tapi juga berpotensi menghasilkan konversi yang lebih tinggi.
Memahami Riset Keyword untuk SEO
Riset keyword adalah proses sistematis untuk menemukan dan menganalisis kata kunci yang berpotensi mendatangkan traffic berkualitas ke website Anda.
Ini bukan sekadar mengumpulkan daftar kata kunci dengan volume pencarian tinggi, tapi membutuhkan pemahaman mendalam tentang perilaku pencarian target audiens.
Dalam praktiknya, riset keyword yang efektif melibatkan analisis volume pencarian, tingkat kompetisi, dan yang paling krusial, kesesuaian dengan tujuan bisnis.
Misalnya, sebuah toko kamera mungkin menemukan keyword “kamera mirrorless murah” memiliki volume pencarian tinggi, namun jika fokus mereka adalah kamera profesional, keyword ini tidak akan sesuai dengan target pasar.
Kesalahan yang sering terjadi adalah membuat konten tanpa riset keyword yang matang. Ini seperti membuka toko di lokasi yang jarang dilalui – sebaik apapun produk Anda, akan sulit mendapatkan pelanggan.
Riset keyword yang tepat membantu Anda tidak hanya memahami apa yang dicari target audiens, tapi juga mengidentifikasi peluang yang mungkin terlewatkan kompetitor.
Panduan Lengkap Cara Melakukan Riset Keyword SEO
1. Mulai dengan Brainstorming Keyword Dasar (Seed Keywords)
Sebelum menggunakan berbagai tools canggih, langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah brainstorming keyword dasar atau seed keywords.
Ini adalah fondasi dari seluruh strategi riset keyword Anda. Seed keywords adalah kata kunci utama yang paling menggambarkan produk, layanan, atau topik yang ingin Anda targetkan.
Cara terbaik melakukan brainstorming adalah dengan menempatkan diri sebagai target audiens Anda.
Pikirkan: Jika Anda mencari produk atau layanan seperti yang Anda tawarkan, kata kunci apa yang akan Anda ketik di Google?
Misalnya, jika Anda memiliki bisnis jasa fotografi pernikahan, seed keywords Anda mungkin termasuk “fotografer pernikahan”, “jasa foto wedding”, atau “paket foto prewedding”.
Jangan ragu untuk melibatkan tim customer service atau sales Anda dalam proses ini.
Mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan seringkali memiliki insight berharga tentang istilah-istilah yang sering digunakan target market Anda.
Bahkan percakapan dengan pelanggan di media sosial pun bisa menjadi sumber ide seed keywords yang potensial.
2. Manfaatkan Tools Riset Keyword Gratis
Google menyediakan beberapa tools gratis yang sangat powerful untuk riset keyword, dan sayangnya banyak yang belum memanfaatkannya secara maksimal.
Mari kita bahas satu per satu bagaimana mengoptimalkan tools ini.
Google Search Console tidak hanya menunjukkan keyword apa yang sudah membawa traffic ke website Anda, tapi juga memberikan insight tentang performa keyword tersebut.
Perhatikan keyword yang posisinya di halaman pertama tapi dengan CTR rendah – ini bisa menjadi peluang optimasi yang cepat.
Misalnya, jika Anda menemukan keyword dengan posisi #4 tapi CTR hanya 1%, mungkin ada masalah dengan meta title atau description Anda.
Google Trends sering diremehkan sebagai tools riset keyword, padahal informasinya sangat berharga.
Tool ini membantu Anda memahami tren pencarian berdasarkan waktu dan lokasi.
Yang menarik, Google Trends juga menunjukkan topik dan query terkait yang sedang naik daun (rising queries). Ini bisa menjadi sumber ide konten yang fresh dan belum digarap kompetitor.
Jangan lupakan fitur sederhana namun powerful: Google Autocomplete.
Ketika Anda mengetikkan keyword di kotak pencarian Google, suggestions yang muncul sebenarnya adalah cerminan dari apa yang sering dicari users.
Cara memanfaatkannya? Coba kombinasikan seed keyword Anda dengan berbagai prefix (apa, bagaimana, dimana, kapan) atau suffix (terbaik, terdekat, murah) untuk menemukan variasi keyword yang potensial.
3. Pelajari Keyword yang Digunakan Kompetitor
Kompetitor yang sudah sukses di industri Anda sebenarnya adalah sumber pembelajaran yang sangat berharga.
Mereka mungkin sudah menginvestasikan waktu dan resources yang tidak sedikit untuk menemukan keyword yang works.
Namun, tujuan kita bukan untuk sekadar mengcopy strategi mereka, melainkan menemukan peluang yang belum mereka maksimalkan.
Cara efektif untuk menganalisis keyword kompetitor adalah dengan memeriksa konten mereka yang sudah ranking di halaman pertama Google.
Perhatikan pattern yang muncul – topik apa yang sering mereka bahas? Format konten seperti apa yang dominan? Bagaimana mereka menyusun struktur kontennya?
Semua ini memberikan insight tentang apa yang dianggap relevan oleh Google untuk industri Anda.
Yang sering terlewatkan dalam analisis kompetitor adalah mencari “content gap” – topik atau keyword yang belum digarap maksimal oleh kompetitor.
Misalnya, jika kompetitor Anda fokus pada konten berbasis teks, mungkin ada peluang untuk membuat konten visual atau video dengan keyword yang sama.
4. Analisis Keyword yang Sudah Ranking di Website Anda
Sebelum berburu keyword baru, optimalkan dulu apa yang sudah Anda miliki.
Buka Google Search Console dan perhatikan keyword-keyword yang sudah membawa traffic ke website Anda. Fokus pada tiga kategori utama:
Pertama, cari keyword yang posisinya ada di halaman pertama tapi belum di top 3. Ini adalah “low hanging fruit” yang bisa memberikan quick win.
Dengan sedikit optimasi pada konten yang sudah ada, Anda bisa mendapatkan peningkatan traffic yang signifikan.
Kedua, perhatikan keyword dengan impressions tinggi tapi CTR rendah. Ini menandakan bahwa konten Anda muncul di hasil pencarian tapi kurang menarik perhatian users.
Mungkin perlu perbaikan pada meta title dan description, atau bahkan restrukturisasi konten untuk lebih match dengan search intent.
Ketiga, identifikasi keyword yang menunjukkan tren positif dalam 3 bulan terakhir. Ini bisa menjadi indikator topik yang sedang naik daun dan perlu lebih dioptimalkan.
5. Periksa Keyword Suggestions dari Google
Google sebenarnya sudah memberikan banyak petunjuk tentang keyword yang relevan dengan topik Anda.
Cara paling sederhana adalah memperhatikan tiga elemen di halaman hasil pencarian: “People Also Ask”, “Related Searches”, dan “People Also Search For”.
“People Also Ask” menunjukkan pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan users terkait topik Anda.
Ini adalah sumber emas untuk menemukan long-tail keywords yang lebih spesifik. Lebih dari itu, jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini bisa menjadi sub-heading dalam konten Anda.
6. Identifikasi Long-tail Keywords yang Potensial
Long-tail keywords mungkin memiliki volume pencarian yang lebih rendah, tapi seringkali conversion rate-nya jauh lebih tinggi.
Mengapa? Karena long-tail keywords menunjukkan search intent yang lebih spesifik dan biasanya digunakan oleh users yang sudah lebih dekat dengan keputusan pembelian.
Misalnya, seseorang yang mencari “kamera” mungkin masih dalam tahap awal pencarian.
Tapi jika mereka mencari “Sony A7III vs Nikon Z6 untuk foto wedding”, jelas mereka sudah lebih siap untuk membuat keputusan pembelian.
7. Evaluasi Search Volume dan Keyword Difficulty
Banyak yang terjebak hanya mengejar keyword dengan search volume tinggi tanpa mempertimbangkan faktor lainnya. Padahal, volume pencarian harus dianalisis bersama dengan tingkat kesulitan keyword (keyword difficulty) dan kemampuan website Anda. Sebuah keyword dengan volume pencarian 10.000 per bulan tidak akan memberikan hasil jika Anda tidak bisa ranking untuk keyword tersebut.
Pendekatan yang lebih bijak adalah mencari keseimbangan antara volume pencarian dan tingkat kompetisi.
Misalnya, untuk website baru, lebih baik mengincar beberapa keyword dengan volume pencarian 100-500 per bulan tapi dengan difficulty rendah, daripada memaksakan diri mengejar satu keyword dengan volume 10.000 tapi sangat kompetitif.
Dengan strategi ini, Anda bisa mengumpulkan “quick wins” yang akan membangun otoritas website secara bertahap.
Perhatikan juga tren search volume dari waktu ke waktu. Beberapa keyword mungkin memiliki volume tinggi karena tren musiman atau momen tertentu.
Contohnya, keyword “resep kue lebaran” akan melonjak menjelang Ramadan, tapi sangat sepi di bulan-bulan lainnya.
Dalam kasus seperti ini, Anda perlu mempertimbangkan apakah effort untuk membuat konten sebanding dengan traffic yang hanya seasonal.
8. Pahami Search Intent Setiap Keyword
Search intent adalah kunci untuk sukses di SEO modern. Google semakin pintar dalam memahami maksud di balik setiap pencarian, bukan hanya kata-kata yang diketikkan.
Anda perlu memastikan konten Anda sesuai dengan apa yang sebenarnya dicari oleh users.
Ada empat tipe utama search intent: informational (mencari informasi), navigational (mencari website/halaman tertentu), commercial (membandingkan produk), dan transactional (siap membeli).
Cara termudah untuk mengidentifikasi search intent adalah dengan menganalisis hasil pencarian di halaman pertama Google.
Misalnya, jika Anda mencari keyword “template CV” dan melihat mayoritas hasil pencarian adalah halaman download template gratis, maka membuat artikel tentang “cara membuat CV yang baik” mungkin bukan strategi terbaik untuk keyword ini.
Users yang mencari keyword tersebut kemungkinan ingin langsung mendapatkan template, bukan membaca panduan.
9. Kelompokkan Parent Topics dan Related Keywords
Kesalahan umum dalam riset keyword adalah membuat konten terpisah untuk setiap variasi keyword.
Pendekatan yang lebih efektif adalah mengelompokkan keyword berdasarkan topic cluster.
Ini tidak hanya membuat konten Anda lebih terstruktur, tapi juga membantu Google memahami expertisenya website Anda di topik tertentu.
Misalnya, jika Anda memiliki website tentang fotografi, Anda bisa membuat satu pillar content tentang “fotografi landscape” yang mencakup berbagai related keywords seperti “teknik foto landscape”, “setting kamera untuk foto landscape”, “editing foto landscape”, dan sebagainya.
Dengan menggunakan internal link, semua konten ini bisa saling terhubung dan memperkuat satu sama lain.
10. Pilih Keyword Berdasarkan Nilai Bisnis
Terlalu sering SEO practitioners terjebak dalam “volume trap” – hanya fokus pada search volume tanpa mempertimbangkan nilai bisnis dari setiap keyword.
Padahal, keyword dengan volume pencarian lebih rendah bisa jadi memiliki nilai bisnis yang jauh lebih tinggi.
Pertimbangkan sebuah toko kamera yang menjual lensa mahal.
Keyword “cara memotret dengan smartphone” mungkin memiliki volume pencarian tinggi, tapi pengunjung dari keyword ini kemungkinan kecil akan membeli lensa.
Di sisi lain, “review lensa Sony GM” mungkin memiliki volume pencarian lebih rendah, tapi pengunjungnya lebih berpotensi menjadi pembeli.
11. Validasi Final List Keyword
Proses validasi final list keyword bukan sekadar checklist sederhana. Ini adalah tahap kritis untuk memastikan strategi Anda benar-benar solid.
Mari kita breakdown pertanyaan-pertanyaan validasi dan bagaimana menjawabnya:
a. Apakah keyword ini realistis untuk ditarget dengan resources yang ada?
Pertimbangkan semua aspek: waktu, budget, dan kemampuan tim.
Misalnya, jika keyword “tutorial video editing” membutuhkan pembuatan video berkualitas tinggi tapi Anda belum punya equipment memadai, mungkin lebih baik fokus dulu ke keyword yang bisa digarap dengan resources yang ada.
b. Apakah search intent-nya jelas dan bisa dipenuhi?
Lakukan analisis mendalam tentang apa yang sebenarnya dicari users.
Contohnya, untuk keyword “cara investasi saham”, apakah users mencari panduan step-by-step, rekomendasi broker, atau strategi trading?
Pastikan Anda bisa membuat konten yang benar-benar menjawab kebutuhan mereka.
c. Bagaimana potensi konversinya?
Evaluasi setiap keyword dari sisi bisnis. Jika Anda menjual kursus fotografi online, keyword “teknik foto produk” mungkin memiliki potensi konversi lebih tinggi dibanding “wallpaper foto pemandangan”, meskipun volume pencariannya lebih rendah.
d. Apakah ada seasonal trends yang perlu dipertimbangkan?
Gunakan Google Trends untuk menganalisis pola pencarian.
Beberapa keyword mungkin membutuhkan persiapan konten jauh-jauh hari sebelum peak season.
Misalnya, konten tentang “tips diet sehat” biasanya mulai ramai dicari menjelang tahun baru.
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Anda mungkin perlu merevisi list keyword Anda.
Tidak masalah mencoret beberapa keyword yang awalnya terlihat menjanjikan tapi ternyata kurang realistis untuk digarap.
Fokus pada keyword yang benar-benar align dengan kapabilitas dan tujuan bisnis Anda.
Yang terpenting, proses validasi ini seharusnya menghasilkan list keyword final yang tidak hanya ambisius tapi juga achievable.
Setiap keyword dalam list tersebut harus memiliki clear action plan: kapan akan digarap, resources apa yang dibutuhkan, dan bagaimana mengukur kesuksesannya.
12. Buat Rencana Implementasi
Riset keyword yang bagus tidak ada artinya tanpa implementasi yang tepat. Buatlah rencana konten yang terstruktur dengan timeline yang jelas.
Prioritaskan keyword berdasarkan kombinasi beberapa faktor: potensi quick wins, nilai bisnis, dan resources yang dibutuhkan.
Ingat bahwa implementasi bukan hanya tentang membuat konten baru. Seringkali, mengoptimasi konten yang sudah ada bisa memberikan hasil yang lebih cepat.
Review secara berkala performa keyword Anda dan jangan ragu untuk menyesuaikan strategi berdasarkan data yang Anda dapatkan.
Kesimpulan
Riset keyword bukanlah aktivitas one-time yang bisa Anda lupakan setelah selesai. Ini adalah proses berkelanjutan yang perlu terus disesuaikan dengan perubahan perilaku pencarian users dan perkembangan bisnis Anda.
Yang terpenting, jangan terpaku pada tools dan metrics. Fokus utama harus selalu pada memberikan nilai terbaik untuk users Anda.
Mulailah dengan langkah-langkah yang telah kita bahas di atas, dan sesuaikan dengan konteks bisnis Anda. Ingat bahwa tidak ada one-size-fits-all solution dalam SEO.
Eksperimen terus, analisis hasilnya, dan lakukan penyesuaian yang diperlukan. Dengan pendekatan yang sistematis dan fokus pada nilai untuk users, Anda akan bisa menemukan dan memanfaatkan keyword yang benar-benar menghasilkan.
Referensi
- https://www.searchenginejournal.com/keyword-research/
- https://www.semrush.com/blog/keyword-research/
- https://searchengineland.com/keyword-research-seo-guide-447027
- https://www.seo.com/basics/on-page-seo/keyword-research/
- https://blog.hubspot.com/marketing/how-to-do-keyword-research-ht
- https://ahrefs.com/blog/keyword-research/
0 thoughts on “12 Cara Riset Keyword SEO untuk Pemula [Panduan Lengkap]”
Saya masih belum paham penempatannya dalan artikel, bisakah anda membuat artikel dengan penempatan kata kuncinya??? respon
Kepada Bapak Muhammad Al-Fatih, ya kami bisa membuat artikel dengan kata kunci yang diinginkan. Saat ini kami melayani beberapa klien dengan kebutuhan serupa. Demikian informasi dari kami. Terima kasih.