Table of Content

    Cara Melakukan Audit SEO dengan 21 Langkah

    Laptop menampilkan grafik analisis SEO yang menunjukkan tren positif.

    Apakah website Anda sulit ditemukan di Google? Atau, traffic organik Anda stagnan, bahkan menurun? Jika ya, inilah saatnya untuk melakukan audit SEO.

    Audit SEO adalah proses evaluasi menyeluruh untuk mengidentifikasi masalah dan peluang yang dapat meningkatkan performa website Anda di hasil pencarian. Tidak perlu khawatir, ini bukan hal yang rumit.

    Dengan panduan ini, Anda akan mampu melakukan audit SEO sendiri.

    1. Indeksasi Halaman Google

    Figure: Indexing – Author: Seobility

    Mari kita mulai dengan hal yang paling mendasar dalam SEO: memastikan halaman website Anda “terdaftar” di Google. Ibarat punya toko, kalau tidak terdaftar di Google Maps, bagaimana orang bisa menemukannya? Sama halnya dengan website, jika halaman-halamannya tidak terindeks, jangan harap orang bisa menemukannya di hasil pencarian.

    Cara paling mudah untuk mengecek indeksasi adalah dengan menggunakan perintah site:. Ketik site:namawebsiteanda.com di kolom pencarian Google (ganti namawebsiteanda.com dengan alamat website Anda). Misalnya, site:fruitylogic.com. Google akan menampilkan semua halaman dari website tersebut yang sudah masuk dalam indeks mereka. Namun, perlu diingat bahwa cara ini tidak 100% akurat. Terkadang, Google menampilkan informasi yang sudah usang atau tidak lengkap.

    Cara yang lebih akurat dan sangat direkomendasikan adalah menggunakan Google Search Console (GSC). GSC ini seperti “dasbor” khusus yang diberikan Google untuk memantau performa website Anda di hasil pencarian. Jika Anda belum punya akun GSC, segera daftar (gratis) dan verifikasi website Anda. Setelah itu, buka laporan “Pages” (atau “Index Coverage” pada versi GSC yang lebih lama). Di sinilah Anda bisa melihat secara detail halaman mana yang sudah terindeks, mana yang belum, dan apa alasannya.

    Perhatikan baik-baik bagian “Not indexed”. Apakah ada halaman-halaman penting yang seharusnya muncul di Google tapi malah nyasar di bagian ini? Jika ya, Anda perlu mencari tahu penyebabnya. Beberapa kemungkinan yang sering terjadi adalah halaman tersebut diblokir oleh file robots.txt, memiliki tag noindex di kode HTML-nya, kontennya terlalu tipis (sedikit atau copy-paste), atau ada masalah teknis lain yang menghalangi Google mengindeks halaman tersebut.

    Jika Anda menemukan masalah indeksasi, segera perbaiki. Jika masalahnya ada di robots.txt atau tag noindex, Anda bisa langsung memperbaikinya. Jika kontennya terlalu tipis, perbanyak dan perbaiki kualitas kontennya. Jika Anda kesulitan menemukan penyebabnya, gunakan fitur “URL Inspection” di GSC. Fitur ini seperti “konsultasi” langsung dengan Google, memberikan informasi detail tentang status indeksasi halaman dan kemungkinan masalah yang terjadi.

    2. File Robots.txt

    Figure: Robots.txt – Author: Seobility

    File robots.txt mungkin tidak terlihat oleh pengunjung website, tapi perannya sangat penting dalam SEO. File teks sederhana ini berisi instruksi untuk crawler mesin pencari (seperti Googlebot) tentang halaman mana yang boleh dan tidak boleh mereka akses di website Anda. Anggap saja file ini seperti “penjaga gerbang” yang mengatur lalu lintas crawler.

    Mengapa robots.txt penting? Pertama, file ini membantu Anda mencegah Googlebot mengakses halaman-halaman yang tidak perlu diindeks, seperti halaman admin, halaman login, atau halaman hasil pencarian internal. Kedua, dengan robots.txt, Anda bisa mengoptimalkan crawl budgetCrawl budget adalah jumlah halaman yang akan dirayapi Google di website Anda dalam periode waktu tertentu. Dengan mengarahkan Googlebot ke halaman-halaman yang lebih penting, Anda memastikan halaman-halaman tersebut mendapatkan prioritas perayapan.

    Untuk memeriksa file robots.txt, Anda bisa langsung mengetikkan alamat website Anda, diikuti dengan /robots.txt di browser. Contohnya: www.tokopedia.com/robots.txt. Selain itu, Google Search Console juga menyediakan tool khusus bernama “robots.txt Tester” yang memungkinkan Anda memeriksa dan menguji file ini.

    File robots.txt biasanya berisi perintah-perintah seperti User-agent, Disallow, Allow dan Sitemap. User-agent menentukan crawler mana yang dituju oleh perintah tersebut (* berarti semua crawler). Disallow melarang crawler mengakses halaman atau direktori tertentu, Allow mengizinkan akses, dan Sitemap menunjukkan lokasi file XML Sitemap Anda.

    Contoh isi file robots.txt:

    User-agent: *
    Disallow: /admin/
    Disallow: /private/
    Sitemap: https://www.contoh.com/sitemap.xml

    Dalam contoh di atas, perintah berlaku untuk semua crawler, melarang akses ke folder /admin/ dan /private/, serta memberi tahu lokasi file XML Sitemap.

    Hal penting yang harus diperhatikan adalah jangan sampai Anda secara tidak sengaja memblokir halaman-halaman penting yang seharusnya muncul di Google. Periksa kembali perintah Disallow dengan cermat. Perlu diingat juga bahwa robots.txt hanya bersifat “permintaan”, bukan “perintah paksa”. Crawler yang tidak patuh bisa saja mengabaikannya. Selain itu perintah dalam robots.txt case sensitive.

    Jika Anda menemukan masalah dengan robots.txt, gunakan “robots.txt Tester” di Google Search Console atau tool seperti Screaming Frog untuk menganalisisnya lebih lanjut.

    3. XML Sitemap

    Figure: XML Sitemap – Author: Seobility

    XML Sitemap adalah file yang berisi daftar halaman-halaman penting di website Anda, disusun dalam format XML. Sitemap ini berfungsi seperti “peta” yang membantu mesin pencari menemukan dan memahami struktur website Anda dengan lebih mudah.

    Sitemap sangat berguna, terutama untuk website yang besar (dengan banyak halaman), website baru (yang mungkin belum banyak mendapatkan backlink), atau website dengan struktur navigasi yang kompleks. Dengan adanya sitemap, Google tidak perlu “menebak-nebak” halaman apa saja yang ada di website Anda.

    Untuk memeriksa sitemap, biasanya Anda bisa menemukannya di alamat www.websiteanda.com/sitemap.xml. Anda juga bisa mengecek file robots.txt, karena biasanya lokasi sitemap dicantumkan di sana. Setelah menemukan sitemap, pastikan format XML-nya valid. Anda bisa menggunakan tool online seperti XML Sitemap Validator untuk mengeceknya.

    Langkah yang sangat penting adalah submit sitemap Anda ke Google Search Console. Ini adalah cara Anda memberitahu Google secara langsung tentang halaman-halaman yang ingin Anda indeks. Caranya, buka GSC, pilih website Anda, klik “Sitemaps” di menu kiri, masukkan alamat sitemap Anda, lalu klik “Submit”.

    Setelah Anda submit sitemap, Google Search Console akan memberikan laporan tentang status sitemap tersebut. Periksa apakah ada error. Beberapa error yang umum terjadi adalah “Sitemap could not be read” (format XML-nya salah), “URL not allowed” (ada URL yang diblokir oleh robots.txt), atau “URL not found (404)” (ada URL yang tidak valid atau sudah tidak ada).

    Elemen-elemen penting dalam XML Sitemap antara lain: <loc> (berisi URL lengkap halaman, dan ini wajib ada), dan <lastmod> (tanggal terakhir halaman diubah, ini opsional tapi sangat disarankan).

    Dengan sitemap yang valid dan ter-submit di GSC, Anda telah membantu Google menemukan dan mengindeks halaman-halaman website Anda dengan lebih efisien.

    4. Crawl Errors

    Crawl errors adalah masalah yang terjadi ketika Googlebot mencoba mengakses halaman website Anda, tapi gagal. Ini seperti Googlebot nyasar atau mentok saat menjelajahi website Anda.

    Ada dua jenis crawl errors utama:

    • 4xx errors (Client Errors): Ini biasanya terjadi karena kesalahan dari sisi website Anda. Yang paling umum adalah 404 Not Found, yang berarti halaman yang diminta tidak ditemukan. Ini bisa terjadi karena halaman tersebut sudah dihapus, URL-nya salah, atau ada link yang rusak.
    • 5xx errors (Server Errors): Ini menunjukkan adanya masalah di server website Anda. Contohnya adalah 500 Internal Server Error, yang berarti server sedang down atau mengalami masalah teknis.

    Crawl errors ini tidak boleh dianggap remeh. Dampaknya bisa buruk, baik bagi pengguna maupun SEO. Pengunjung yang menemukan halaman error tentu akan kecewa dan mungkin langsung meninggalkan website Anda. Google juga tidak suka website yang banyak error, karena dianggap memberikan pengalaman yang buruk bagi pengguna. Akibatnya, peringkat website Anda bisa turun. Selain itu, crawl errors juga membuang-buang crawl budget Google.

    Untuk mengecek apakah website Anda memiliki crawl errors, Anda bisa menggunakan Google Search Console (laporan “Pages” atau “Coverage”). Tools seperti Screaming Frog, Ahrefs Site Audit, dan SEMrush Site Audit juga sangat berguna untuk mendeteksi crawl errors secara komprehensif.

    Jika Anda menemukan 404 errors, perbaiki link yang rusak atau buat redirect 301 ke halaman lain yang relevan (jika halaman tersebut memang sudah dihapus). Jika Anda menemukan 5xx errors, segera hubungi hosting provider Anda, karena ini biasanya masalah di sisi server.

    5. Redirect

    Figure: HTTP 301 vs 302 – Author: Seobility

    Redirect adalah cara untuk mengalihkan pengguna dan mesin pencari dari satu URL ke URL lain. Ini seperti memberi tahu, “Hei, halaman yang kamu cari sudah pindah ke sini, lho!”.

    Ada dua jenis redirect utama yang perlu Anda ketahui:

    • 301 (Moved Permanently): Ini adalah jenis redirect yang wajib Anda gunakan jika sebuah halaman website pindah alamat secara permanen. Misalnya, Anda mengubah struktur URL website, atau Anda menghapus halaman lama dan menggantinya dengan halaman baru. Dengan redirect 301, Google akan mengalihkan “kekuatan” SEO (peringkat, backlink, dll.) dari halaman lama ke halaman baru.
    • 302 (Found/Moved Temporarily): Redirect ini digunakan untuk pengalihan sementara. Misalnya, Anda sedang melakukan maintenance pada sebuah halaman, atau Anda sedang menjalankan promosi A/B testingJangan gunakan redirect 302 untuk pengalihan permanen, karena Google tidak akan mengalihkan “kekuatan” SEO-nya.

    Ada beberapa masalah yang sering terjadi terkait redirect:

    • Redirect Chains: Ini terjadi ketika ada serangkaian redirect beruntun. Misalnya, halaman A di-redirect ke halaman B, lalu halaman B di-redirect lagi ke halaman C. Ini tidak baik karena memperlambat loading halaman dan membuang-buang crawl budget Google.
    • Redirect Loops: Ini terjadi ketika redirect mengarah kembali ke halaman asalnya, menciptakan lingkaran tak berujung. Misalnya, halaman A di-redirect ke halaman B, lalu halaman B di-redirect lagi ke halaman A. Ini lebih parah lagi, karena halaman tersebut jadi tidak bisa diakses sama sekali.

    Untuk mendeteksi masalah redirect, Anda bisa menggunakan tools seperti Screaming Frog, Ahrefs Site Audit, atau SEMrush Site Audit. Tools ini akan “merayapi” website Anda dan melaporkan semua redirect yang ditemukan, termasuk redirect chains dan loops.

    Jika Anda menemukan redirect chains, solusinya adalah membuat redirect langsung dari halaman awal ke halaman tujuan akhir (misalnya, langsung dari A ke C, tanpa melewati B). Jika Anda menemukan redirect loops, Anda perlu memeriksa dan memperbaiki konfigurasi redirect Anda.

    6. Kecepatan Website

    Di zaman sekarang, nggak ada yang mau nunggu website loading lama. Pengunjung keburu kabur, Google pun nggak suka. Kecepatan website itu penting banget, baik untuk pengalaman pengguna maupun untuk SEO.

    Google punya standar kecepatan yang disebut Core Web Vitals. Ada tiga metrik utama yang harus Anda perhatikan:

    • Largest Contentful Paint (LCP): Ini mengukur seberapa cepat elemen konten terbesar di halaman website Anda muncul (misalnya, gambar hero atau blok teks utama). Idealnya, LCP harus di bawah 2,5 detik.
    • First Input Delay (FID) / Interaction to Next Paint (INP): Metrik-metrik ini mengukur seberapa cepat website Anda merespons interaksi pengguna (misalnya, ketika pengguna mengklik tombol atau link). FID akan digantikan oleh INP mulai Maret 2024. Targetnya adalah FID di bawah 100 milidetik, atau INP di bawah 200 milidetik.
    • Cumulative Layout Shift (CLS): Ini mengukur seberapa stabil tampilan halaman website Anda saat loading. Pernah nggak Anda lagi mau klik tombol, eh, tiba-tiba tombolnya geser karena ada gambar yang baru muncul? Nah, itu CLS yang buruk. Idealnya, CLS harus di bawah 0,1.

    Untuk mengukur kecepatan website dan Core Web Vitals, Anda bisa menggunakan tools seperti Google PageSpeed Insights, GTmetrix, atau WebPageTestTools ini nggak cuma kasih skor, tapi juga kasih tahu bagian mana yang perlu diperbaiki.

    Beberapa hal yang biasanya bikin website lambat:

    • Gambar yang Kegedean: Kompres gambar-gambar Anda (tanpa mengurangi kualitas terlalu banyak). Ada banyak tools untuk ini, misalnya TinyPNG atau ImageOptim.
    • Terlalu Banyak JavaScript dan CSS: Minify file-file JavaScript dan CSS (buang spasi, komentar, dan kode yang nggak perlu).
    • Hosting yang Lemot: Pertimbangkan untuk pindah ke hosting yang lebih cepat atau gunakan CDN (Content Delivery Network).
    • Terlalu Banyak Plugin (WordPress): Kalau Anda pakai WordPress, nonaktifkan plugin-plugin yang nggak penting.

    7. Mobile-Friendliness

    Sekarang ini, kebanyakan orang mengakses internet dari HP. Makanya, Google menerapkan mobile-first indexing. Artinya, Google lebih mentingin versi mobile website Anda daripada versi desktop.

    Jadi, website Anda wajib hukumnya mobile-friendly. Maksudnya, tampilan dan fungsinya harus oke di semua ukuran layar, nggak cuma di komputer.

    Selain itu, pastikan website Anda punya desain yang responsive. Artinya, tampilan website Anda bisa menyesuaikan diri dengan ukuran layar, nggak peduli apakah itu HP, tablet, atau komputer. Tombol dan link juga harus cukup besar dan mudah diklik dengan jari. Jangan sampai pengunjung harus zoom in atau zoom out cuma untuk ngeklik tombol. Font juga penting, ukuran font jangan terlalu kecil.

    8. Keamanan HTTPS

    HTTPS itu seperti “gembok” di website Anda. Ini adalah protokol keamanan yang mengenkripsi data antara website dan pengunjung. Jadi, kalau ada hacker yang nyoba ngintip, datanya nggak bisa dibaca.

    Google udah lama ngasih sinyal bahwa HTTPS itu penting untuk SEO. Website yang nggak pakai HTTPS bisa dapet “peringatan” di browser (biasanya ada tulisan “Not secure”). Pengunjung bisa takut dan nggak jadi masuk ke website Anda.

    Pastikan seluruh website Anda menggunakan HTTPS, bukan cuma halaman login atau halaman pembayaran saja. Anda juga perlu cek yang namanya mixed content. Ini terjadi kalau halaman HTTPS Anda memuat konten (gambar, script, dll.) dari sumber yang nggak aman (HTTP).

    Untuk mengecek apakah website Anda sudah HTTPS dan nggak ada mixed content, Anda bisa menggunakan browser (biasanya ada ikon gembok di sebelah kiri URL). Anda juga bisa pakai tools seperti Google Chrome Developer Tools.

    9. Struktur URL

    Struktur URL itu nggak boleh asal-asalan. URL yang baik itu:

    • Singkat: Jangan terlalu panjang.
    • Deskriptif: Orang (dan Google) bisa langsung tau kira-kira isinya tentang apa dari URL-nya.
    • Mengandung Kata Kunci: Kalau relevan, masukkan kata kunci target Anda di URL.
    • Mudah Dibaca: Gunakan tanda hubung (-) untuk memisahkan kata, jangan pakai karakter aneh-aneh.

    Contoh URL yang baik:

    • www.contoh.com/tips-seo-untuk-pemula

    Contoh URL yang kurang baik:

    • www.contoh.com/page?id=123&category=456
    • www.contoh.com/artikel_panjang_banget_tentang_SEO_yang_susah_dibaca

    Hindari juga menggunakan parameter yang nggak perlu di URL, misalnya ?sessionid=…. Ini bisa bikin Google bingung dan nggak efisien dalam crawling.

    10. Navigasi & Internal Linking

    Figure: Siloing – Author: Seobility

    Navigasi website itu ibarat “peta” dan “rambu lalu lintas” untuk pengunjung. Kalau navigasinya jelas dan gampang dipakai, pengunjung akan betah dan nggak nyasar. Google juga senang kalau website Anda mudah dijelajahi.

    • Menu Utama: Pastikan menu utama website Anda mudah ditemukan dan nggak terlalu banyak pilihan (biar nggak bikin pusing).
    • Breadcrumbs: Ini seperti “jejak” yang menunjukkan posisi pengguna di dalam website. Breadcrumbs membantu pengguna balik ke halaman sebelumnya dengan mudah.
    • Internal Linking: Ini adalah link dari satu halaman ke halaman lain di dalam website Anda sendiri. Internal linking itu penting untuk:
      • Membantu Google menemukan dan mengindeks semua halaman Anda.
      • Mengarahkan pengunjung ke halaman-halaman yang relevan.
      • Meningkatkan engagement (pengunjung jadi ngeklik sana-sini).
      Gunakan anchor text (teks yang di-klik) yang deskriptif dan relevan dengan halaman tujuan. Jangan cuma pakai kata-kata seperti “klik di sini”.Pastikan halaman-halaman penting (misalnya, halaman produk atau halaman layanan) mendapatkan internal links yang cukup. Jangan sampai ada halaman yang terisolasi (orphan pages) alias nggak dapat link sama sekali dari halaman lain.

    11. Riset Kata Kunci

    Figure: Search Intent – Author: Seobility

    Riset kata kunci adalah jantung-nya SEO. Tanpa riset yang tepat, Anda seperti menembak dalam gelap. Anda nggak akan tahu kata kunci apa yang sebenarnya dicari orang, dan website Anda akan sulit ditemukan.

    Memahami Target Audiens

    Langkah pertama adalah memahami siapa target audiens Anda. Coba posisikan diri Anda sebagai calon pelanggan. Kata-kata apa yang akan mereka ketikkan di Google untuk menemukan produk, layanan, atau informasi yang Anda tawarkan? Buatlah daftar awal sebanyak mungkin. Ini adalah “bibit” kata kunci Anda.

    Mengembangkan Daftar Kata Kunci

    Setelah punya daftar awal, saatnya mengembangkannya. Jangan hanya terpaku pada kata kunci yang pendek dan umum. Pikirkan juga long-tail keywords, yaitu frasa kata kunci yang lebih panjang dan spesifik. Long-tail keywords biasanya punya persaingan yang lebih rendah dan conversion rate yang lebih tinggi.

    Tools Riset Kata Kunci

    Di sinilah tools riset kata kunci berperan. Tools ini akan membantu Anda:

    • Menemukan variasi kata kunci yang relevan.
    • Menganalisis search volume (berapa kali kata kunci itu dicari dalam sebulan).
    • Menilai tingkat kesulitan (keyword difficulty).
    • Melihat kata kunci yang digunakan kompetitor.

    Beberapa tools yang populer:

    • Google Keyword Planner: Gratis, cocok untuk pemula, tapi datanya terbatas.
    • Ahrefs, SEMrush, Moz: All-in-one SEO tools dengan fitur riset kata kunci yang powerful.
    • Ubersuggest: Ada versi gratisnya, cukup oke untuk riset dasar.
    • AnswerThePublic: Bagus untuk mencari ide kata kunci dalam bentuk pertanyaan.

    Memilih Kata Kunci yang Tepat

    Setelah mendapatkan data dari tools, Anda perlu memilih kata kunci yang paling tepat untuk website Anda. Pertimbangkan:

    • Relevansi: Apakah kata kunci tersebut benar-benar nyambung dengan bisnis Anda?
    • Search Volume: Apakah kata kunci tersebut cukup banyak dicari orang?
    • Keyword Difficulty: Apakah Anda punya peluang untuk ranking di kata kunci tersebut?
    • Maksud Pencarian (Search Intent): Apakah kata kunci tersebut sesuai dengan tujuan pengguna? (misalnya, apakah mereka ingin membeli, mencari informasi, atau membandingkan produk?)

    Memetakan Kata Kunci

    Setelah memilih kata kunci, petakan kata kunci tersebut ke halaman-halaman yang relevan di website Anda. Misalnya, kata kunci “jual sepatu lari original” lebih cocok untuk halaman kategori produk sepatu lari, bukan halaman homepage.

    12. Konten Berkualitas

    Figure: Content optimization – Author: Seobility

    Google nggak main-main soal konten. Mereka pengen menampilkan hasil pencarian yang paling relevan dan bermanfaat buat penggunanya. Makanya, konten berkualitas tinggi itu wajib hukumnya kalau Anda mau website Anda ranking tinggi.

    Apa Itu Konten Berkualitas?

    • Original: Bukan hasil copy-paste dari website lain. Google benci plagiarisme!
    • Informatif: Berikan informasi yang lengkapakurat, dan berguna buat pembaca. Jangan cuma nulis asal-asalan.
    • Relevan: Konten Anda harus nyambung dengan kata kunci yang Anda targetkan, dan sesuai dengan apa yang dicari orang.
    • Terstruktur: Konten yang rapi dan terstruktur itu lebih enak dibaca. Gunakan heading (H1, H2, H3, dst.), paragraf pendek, bullet points, dan gambar/video.
    • Up-to-Date: Jangan biarkan konten Anda kadaluarsa. Perbarui secara berkala, terutama kalau informasinya cepat berubah.
    • E-E-A-T: Ini singkatan dari Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness. Google pengen tahu bahwa Anda ahli di bidang Anda, punya pengalaman, dan bisa dipercaya.

    Mengevaluasi Konten yang Sudah Ada

    Coba cek konten-konten yang sudah ada di website Anda. Apakah sudah memenuhi kriteria di atas? Gunakan Google Search Console untuk melihat halaman mana yang performanya kurang bagus (misalnya, traffic-nya rendah atau bounce rate-nya tinggi). Mungkin kontennya perlu diperbaiki.

    Tools SEO seperti Ahrefs dan SEMrush juga punya fitur content audit yang bisa membantu Anda menilai kualitas konten.

    Membuat Konten Baru

    Kalau Anda membuat konten baru, pastikan dari awal sudah memenuhi standar kualitas. Lakukan riset kata kunci, buat outline konten, tulis dengan gaya bahasa yang menarik, dan jangan lupa optimasi on-page-nya (title tag, meta description, heading, dll.).

    13. Meta Title

    Figure: Meta Title – Author: Seobility

    Meta title itu seperti judul buku. Kalau judulnya nggak menarik, orang nggak akan tertarik untuk membaca isinya. Di dunia SEO, meta title adalah judul halaman website Anda yang muncul di hasil pencarian Google (yang warna biru dan bisa diklik).

    Kenapa Title Tag Penting?

    • Title tag adalah salah satu faktor pertama yang dilihat orang di hasil pencarian. Kalau title tag-nya nggak relevan atau nggak menarik, orang nggak akan ngeklik website Anda.
    • Google menggunakan title tag untuk memahami tentang apa isi halaman Anda.

    Tips Membuat Title Tag yang Efektif:

    • Unik: Setiap halaman harus punya title tag yang berbeda. Jangan gunakan title tag yang sama untuk semua halaman.
    • Relevan: Pastikan title tag Anda benar-benar menggambarkan isi halaman.
    • Kata Kunci: Masukkan kata kunci target Anda di title tag, tapi jangan maksa. Usahakan di bagian awal.
    • Panjang: Usahakan jangan lebih dari 60 karakter, biar nggak terpotong di hasil pencarian.
    • Menarik: Buat title tag yang bikin orang penasaran dan pengen ngeklik. Gunakan angka, kata-kata power, atau pertanyaan.

    14. Meta Description

    Figure: Meta Description – Author: Seobility

    Meta description itu seperti cuplikan singkat tentang halaman website Anda, yang muncul di bawah title tag di hasil pencarian. Meskipun meta description nggak secara langsung mempengaruhi ranking, tapi ini penting banget untuk meningkatkan click-through rate (CTR).

    Meta Description = Iklan Gratis

    Anggap meta description sebagai “iklan” gratis untuk halaman Anda. Ini adalah kesempatan Anda untuk meyakinkan orang bahwa halaman Anda adalah hasil yang paling relevan dan paling bermanfaat untuk pencarian mereka.

    Tips Membuat Meta Description yang Efektif:

    • Unik: Setiap halaman harus punya meta description yang berbeda.
    • Relevan: Jelaskan isi halaman dengan singkat dan jelas. Jangan menyesatkan pembaca.
    • Kata Kunci: Masukkan kata kunci target Anda, tapi jangan berlebihan.
    • Panjang: Usahakan jangan lebih dari 160 karakter, biar nggak terpotong.
    • Call to Action: Ajak orang untuk ngeklik! Gunakan kata-kata seperti “Baca selengkapnya,” “Dapatkan diskon sekarang,” “Temukan jawabannya,” dll.

    15. Heading (H1-H6)

    Figure: H1-H6 headings – Author: Seobility

    Heading itu seperti judul dan subjudul dalam konten Anda. Fungsinya nggak cuma untuk mempercantik tampilan, tapi juga untuk membantu pembaca dan mesin pencari memahami struktur dan hierarki informasi.

    Hierarki Heading

    • H1: Ini adalah judul utama halaman Anda. Cukup satu saja per halaman.
    • H2: Ini adalah subjudul dari H1.
    • H3: Ini adalah subjudul dari H2, dan seterusnya.

    Gunakan heading secara berurutan dan logis. Jangan loncat-loncat dari H1 langsung ke H4, misalnya.

    Heading dan SEO

    Mesin pencari menggunakan heading untuk memahami topik utama dan subtopik dari konten Anda. Jadi, sebaiknya Anda memasukkan kata kunci yang relevan dalam heading, tapi jangan lebay.

    Tips:

    • Buat heading yang singkatjelas, dan informatif.
    • Gunakan kata kunci secara natural.
    • Jangan gunakan heading hanya untuk memperbesar ukuran teks. Gunakan CSS untuk itu.

    16. Alt Text Gambar

    Figure: ALT Attribute – Author: Seobility

    Seringkali kita lupa atau meremehkan pentingnya alt text pada gambar. Padahal, alt text punya peran penting, nggak cuma buat SEO, tapi juga buat accessibility (kemudahan akses) website.

    Apa Itu Alt Text?

    Alt text (alternative text) adalah teks pendek yang mendeskripsikan gambar. Teks ini nggak akan muncul di halaman website (kecuali kalau gambarnya gagal loading), tapi dibaca oleh screen reader (alat bantu untuk pengguna tunanetra) dan oleh mesin pencari.

    Kenapa Alt Text Penting?

    • Accessibility: Screen reader akan membacakan alt text kepada pengguna tunanetra, sehingga mereka bisa “membayangkan” gambar tersebut.
    • SEO: Mesin pencari nggak bisa “melihat” gambar seperti manusia. Alt text membantu mereka memahami konteks dan isi gambar.
    • Kalau Gambar Gagal Loading: Alt text akan muncul sebagai pengganti gambar, jadi pengunjung tetap tahu gambar apa yang seharusnya ada di situ.

    Cara Menulis Alt Text yang Baik:

    • Deskriptif: Jelaskan gambar dengan jelas dan spesifik. Jangan cuma menulis “gambar” atau “foto”.
    • Singkat: Usahakan jangan lebih dari 125 karakter.
    • Kata Kunci: Gunakan kata kunci yang relevan, tapi jangan spamming.
    • Jangan Ulangi Teks di Sekitarnya: Alt text harus memberikan informasi tambahan, bukan mengulang teks yang sudah ada di caption atau paragraf.
    • Tidak perlu menulis “gambar..” atau “foto..”

    Contoh:

    • Gambar: Foto seekor kucing oranye sedang tidur di sofa.
    • Alt Text yang Kurang Baik: alt=”kucing”
    • Alt Text yang Baik: alt=”Kucing oranye tidur meringkuk di sofa”

    17. Duplikat Konten

    Figure: Duplicate Content – Author: Seobility

    Konten duplikat itu masalah serius. Ini terjadi kalau ada konten yang sama persis atau sangat mirip muncul di beberapa halaman, baik di dalam website Anda sendiri (internal duplicate content) maupun di website lain (external duplicate content).

    Kenapa Duplikat Konten Berbahaya?

    • Google Bingung: Mesin pencari jadi bingung mau ranking halaman yang mana. Akibatnya, semua halaman yang duplikat bisa turun peringkatnya.
    • Crawl Budget Terbuang: Google jadi buang-buang waktu untuk crawling halaman-halaman yang isinya sama.
    • Pengalaman Pengguna Buruk: Pengunjung nggak suka kalau nemu konten yang itu-itu saja di website Anda.

    Penyebab Duplikat Konten:

    • Parameter URL: Misalnya, halaman produk yang sama tapi punya URL berbeda karena filter warna atau ukuran (…?color=red, …?size=large).
    • Versi Cetak Halaman: Halaman yang punya versi “Printable Version” dengan URL berbeda.
    • Sesi ID: Beberapa platform website (terutama yang jadul) menggunakan session ID di URL.
    • Copy-Paste Konten: Ini yang paling parah. Jangan pernah copy-paste konten dari website lain!

    Cara Mengatasi:

    • Canonical Tag: Ini adalah cara terbaik untuk mengatasi duplikat konten yang disengaja (misalnya, halaman produk dengan variasi warna). Canonical tag memberi tahu Google halaman mana yang asli dan harus diindeks.
    • 301 Redirect: Kalau ada halaman yang sudah nggak dipakai, redirect ke halaman yang relevan.
    • Noindex: Kalau ada halaman yang memang harus ada, tapi nggak perlu diindeks (misalnya, halaman privacy policy), gunakan tag noindex.
    • Hapus Konten Duplikat: Kalau memang nggak perlu, hapus saja konten yang duplikat.

    18. Schema Markup

    Figure: Schema.org – Author: Seobility

    Schema markup (atau structured data) itu seperti “bahasa rahasia” antara website Anda dan Google. Ini adalah kode khusus yang ditambahkan ke HTML website untuk membantu mesin pencari memahami konten Anda dengan lebih baik.

    Kenapa Schema Markup Penting?

    • Rich SnippetsSchema markup bisa membuat website Anda tampil lebih menarik di hasil pencarian. Misalnya, dengan menampilkan rating bintang, harga produk, resep masakan, jadwal acara, dll. Ini bisa banget meningkatkan CTR (click-through rate).
    • Memahami Konteks: Schema membantu Google memahami jenis konten Anda (apakah itu artikel, produk, resep, dll.), dan elemen-elemen penting di dalamnya (misalnya, nama produk, harga, review, dll.).

    Jenis-Jenis Schema:

    Ada banyak banget jenis schema, tergantung jenis konten Anda. Beberapa yang paling umum:

    • Article: Untuk artikel berita, blog post, dll.
    • Product: Untuk produk di toko online.
    • LocalBusiness: Untuk bisnis lokal (alamat, jam buka, dll.).
    • Organization: Untuk informasi umum tentang perusahaan.
    • Event: Untuk acara (konser, seminar, dll.).
    • Recipe: Untuk resep masakan.
    • FAQPage: Untuk halaman tanya jawab.
    • HowTo: Untuk panduan langkah demi langkah.

    Cara Implementasi:

    • Manual: Anda bisa menambahkan kode schema langsung ke HTML website Anda.
    • Plugins (WordPress): Ada banyak plugin WordPress yang bisa membantu Anda menambahkan schema, misalnya Yoast SEO atau Rank Math.
    • Google’s Structured Data Markup Helper: Tool gratis dari Google yang bisa membantu Anda membuat kode schema.

    Cara Cek:

    • Google’s Rich Results Test: Tool ini akan memberitahu Anda apakah schema di halaman Anda sudah valid dan bisa menghasilkan rich snippets.
    • Schema Markup Validator: Tool ini lebih strict daripada Rich Results Test dan akan memberitahu Anda jika ada kesalahan atau peringatan dalam kode schema Anda, meskipun schema tersebut mungkin masih bisa menghasilkan rich snippets.

    19. Analisis Backlink

    Figure: Backlinks – Author: Seobility

    Backlink itu seperti “rekomendasi” dari website lain. Kalau website Anda banyak dapat backlink dari website yang bagus dan relevan, Google akan menganggap website Anda penting dan terpercaya. Ini bisa banget membantu meningkatkan ranking.

    Apa yang Harus Dianalisis?

    • Jumlah Backlink: Secara umum, semakin banyak semakin baik. Tapi, jangan cuma fokus ke kuantitas!
    • Kualitas Backlink: Ini yang jauh lebih penting. Lebih baik punya sedikit backlink dari website berkualitas daripada banyak backlink dari website abal-abal.
    • Anchor Text: Ini adalah teks yang dipakai dalam link (yang biasanya warna biru dan bisa diklik). Anchor text yang relevan dengan konten Anda itu bagus, tapi jangan berlebihan. Google bisa curiga kalau anchor text-nya terlalu seragam (misalnya, semua backlink Anda menggunakan anchor text “jual sepatu murah”).
    • Toxic Backlinks: Ini adalah backlink dari website yang berkualitas rendahspammy, atau tidak relevanToxic backlinks bisa merugikan ranking Anda.

    Tools Analisis Backlink:

    • Ahrefs: Ini tool yang paling populer untuk analisis backlink.
    • SEMrush: Tool SEO all-in-one yang juga punya fitur analisis backlink yang powerful.
    • Moz Link Explorer: Tool dari Moz, juga cukup bagus.
    • Google Search Console: GSC punya laporan “Links” yang menunjukkan backlink ke website Anda (tapi datanya nggak selengkap tools berbayar).

    Yang Harus Dilakukan:

    • Kalau Anda menemukan toxic backlinks, coba hubungi pemilik website tersebut dan minta mereka menghapus link-nya.
    • Kalau nggak bisa, gunakan Disavow Tool di Google Search Console. Ini seperti “surat pernyataan” ke Google bahwa Anda nggak mau backlink tersebut dihitung.
    • Fokus untuk mendapatkan backlink berkualitas dari website yang relevan dan punya reputasi baik.

    20. Analisis Kompetitor

    Jangan cuma fokus ke website sendiri. Lihat juga website kompetitor Anda, terutama yang ranking-nya lebih tinggi dari Anda.

    Apa yang Harus Dianalisis?

    • Kata Kunci: Kata kunci apa saja yang mereka targetkan? Halaman mana yang ranking untuk kata kunci tersebut?
    • Konten: Seperti apa konten mereka? Apakah lebih lengkap, lebih detail, lebih menarik dari konten Anda?
    • On-Page Optimization: Bagaimana mereka menggunakan title tagmeta description, heading, dll.?
    • Backlink: Dari mana mereka mendapatkan backlink? Apakah Anda bisa mendapatkan backlink dari sumber yang sama?

    Tools Analisis Kompetitor:

    • Ahrefs: Punya fitur “Site Explorer” dan “Content Gap” yang sangat berguna untuk analisis kompetitor.
    • SEMrush: Juga punya fitur serupa.
    • Moz: Punya fitur “Keyword Explorer” dan “Link Explorer”.

    Yang Harus Dilakukan:

    • Jangan Meniru Mentah-Mentah: Jangan copy-paste konten kompetitor! Coba cari celah. Apa yang bisa Anda lakukan lebih baik dari mereka?
    • Fokus pada Value: Berikan value yang lebih kepada pengunjung Anda.
    • Cari Peluang Backlink: Jika ada website yang memberikan backlink ke kompetitor Anda, tapi tidak ke Anda, coba hubungi pemilik website tersebut dan tawarkan konten Anda sebagai sumber yang lebih baik.

    21. Konten Outdated

    Konten yang usang atau outdated bisa menjadi bumerang bagi SEO Anda. Informasi yang sudah tidak akurat, statistik yang kedaluwarsa, atau taktik yang sudah tidak relevan dapat menurunkan kredibilitas website Anda di mata pengguna dan mesin pencari.

    Mengapa Konten Usang Berbahaya?

    • Pengalaman Pengguna yang Buruk: Pengunjung yang mencari informasi terbaru akan kecewa jika menemukan konten yang sudah tidak relevan. Ini dapat meningkatkan bounce rate dan menurunkan engagement.
    • Penurunan Peringkat: Google ingin menyajikan hasil pencarian yang paling up-to-date dan relevan. Konten yang usang bisa kehilangan peringkatnya.
    • Reputasi yang Buruk: Jika website Anda terus-menerus menyajikan informasi yang sudah tidak akurat, reputasi Anda bisa rusak.

    Cara Mengidentifikasi Konten Usang:

    • Google Search Console: Perhatikan halaman-halaman yang mengalami penurunan traffic atau peringkat secara signifikan.
    • Google Analytics: Perhatikan halaman-halaman dengan bounce rate tinggi atau time on page rendah.
    • Periksa Tanggal Publikasi: Periksa tanggal publikasi konten Anda. Jika sudah lebih dari setahun, pertimbangkan untuk memperbaruinya.
    • Periksa Fakta dan Data: Pastikan semua fakta, statistik, dan data yang Anda sajikan masih akurat dan up-to-date.
    • Tools: Gunakan tools seperti Ahrefs atau SEMrush untuk membantu Anda.

    Apa yang Harus Dilakukan dengan Konten Usang?

    • Update dan Refresh: Ini adalah pilihan terbaik jika konten tersebut masih relevan dengan bisnis Anda. Perbarui informasi, tambahkan data terbaru, dan pastikan konten tersebut tetap valuable.
    • Rewrite: Jika konten tersebut sudah terlalu usang atau strukturnya kurang baik, pertimbangkan untuk menulis ulang konten tersebut dari awal.
    • Redirect: Jika Anda memiliki halaman baru yang membahas topik yang sama dengan konten usang, redirect halaman lama ke halaman baru menggunakan redirect 301.
    • Hapus: Jika konten tersebut sudah tidak relevan sama sekali dengan bisnis Anda dan tidak memiliki nilai SEO, Anda bisa menghapusnya. Namun, pastikan untuk menghapus link internal yang mengarah ke halaman tersebut.

    Kesimpulan

    Audit SEO itu bukan pekerjaan sekali jalan. Ini adalah proses berkelanjutan yang harus dilakukan secara berkala.

    Dengan melakukan audit SEO secara rutin, Anda bisa memastikan website Anda selalu dalam kondisi primacepatmobile-friendlyamanmudah digunakan, berisi konten berkualitas, dan disukai oleh Google.

    Hasilnya? Peringkat yang lebih tinggi, traffic yang lebih banyak, dan lebih banyak cuan untuk bisnis Anda!

    RELATED POST

    Leave a Comment

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Scroll to Top