Dalam membuat landing page, Anda pasti membutuhkan struktur atau framework. Makin lengkap struktur landing page tersebut, makin besar pula potensi Anda mendapatkan tingkat konversi yang tinggi.
Struktur yang lengkap bukan berarti Anda perlu membuat copywriting yang panjang dan bertele-tele.
Anda justru harus menuliskan pesan yang singkat, jelas, tetapi mampu mengedukasi pengunjung mengenai produk Anda.
Tidak hanya itu, pesan yang dibuat haruslah mampu mengajak pengunjung melakukan konversi sesuai tujuan iklan Anda.
Seperti apa struktur landing page yang high converting? Simak artikelnya sampai selesai!
1. Navigation (NAV)
Navigation (NAV) harus dibuat secara jelas dan sederhana supaya pengunjung website bisa mendapatkan informasi mengenai produk atau layanan yang ditawarkan dengan cepat.
Selain itu, navigasi juga harus fokus pada tujuan konversi. Hindari menu landing page yang bisa membuat pengunjung bingung atau terdistraksi.
Apabila ada konten yang tidak relevan dengan tujuan konversi tetapi dirasa perlu untuk dimasukkan, Anda bisa memindahkannya ke bagian bawah landing page.
Komponen yang utama dalam navigasi adalah tautan yang diperlukan. Tautan ini sebaiknya dilengkapi dengan CTA yang mampu menarik perhatian pengunjung.
Selain itu, struktur pada landing page juga harus jelas dan terarah sampai akhirnya pengunjung melakukan konversi di landing page Anda.
2. Hero Section
Pada bagian ini, Anda harus membuat headline dan tombol call-to-action (CTA) yang mampu memandu pengunjung untuk melakukan konversi.
Anda harus menyampaikan informasi mengenai produk atau layanan serta target pasarnya melalui bagian penting.
Informasi yang disampaikan haruslah singkat tetapi jelas dan mampu memikat audiens untuk membaca isi landing page hingga selesai.
Mulailah dengan membuat headline yang kuat dilengkapi sub-headline pada bagian above the fold.
Ungkapkan value proposition dengan jelas dan tidak ambigu, meski dirangkai dalam kalimat yang singkat.
Pastikan juga pesan pada bagian headline juga relevan dan fokus pada target audiens Anda.
Tidak heran jika bagian ini disebut hero section, karena bisa memengaruhi keinginan audiens untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai produk Anda.
3. Social Proof
Social proof seperti testimoni atau bukti keberhasilan penggunaan produk juga diperlukan untuk membangun kepercayaan dengan audiens landing page Anda.
Makin kuat testimoni yang diberikan, makin kredibel pula produk Anda di mata pengunjung landing page.
Setidaknya, social proof bisa memberikan validasi awal bahwa produk ini benar-benar berhasil pada audiens yang tepat.
Apabila model bisnis Anda adalah B2B (business to business), Anda bisa mencantumkan logo klien yang sudah menggunakan produk atau layanan Anda.
Begitu pun jika bisnis Anda sudah dimuat di media massa, tidak ada salahnya mencantumkan nama media massa yang meliputnya.
Lain halnya jika model bisnis Anda adalah B2C (business to consumer), Anda bisa memajang video testimoni dari konsumen.
Selain video, Anda bisa mencantumkan cuplikan testimoni mengenai tingkat kepuasan mereka dalam menggunakan produk Anda.
4. Benefits
Pengunjung landing page sudah pasti ingin mengetahui manfaat yang ditawarkan oleh produk atau layanan Anda.
Inilah mengapa benefits merupakan struktur yang tidak bisa diabaikan dalam landing page.
Yang dimaksud benefits adalah bagaimana produk atau layanan Anda bisa membantu pengunjung landing page, baik itu kehidupan pribadi maupun bisnis mereka.
Pastikan bahwa benefits yang ditawarkan mampu memberikan solusi terhadap pain points pengunjung yang merupakan target pasar Anda.
Selain itu, benefits juga mencakup value outcomes yang akan dirasakan oleh pengunjung ketika mereka menggunakan produknya.
Intinya, benefits harus menjawab pertanyaan: ‘Apa yang bisa saya dapatkan dari produk atau layanan ini’ di benak konsumen.
5. Features
Selain benefits, Anda juga bisa memasukkan features pada landing page.
Terkadang, ada pula pengunjung yang memperhatikan produk berdasarkan fiturnya, terlepas dari kesamaan produk tersebut dengan produk kompetitor Anda.
Features ini mencakup komponen atau aspek teknis dari produk atau layanan yang ditawarkan, termasuk fungsi dan spesifikasinya.
Pastikan bahwa features yang ditawarkan sepadan dengan benefits yang telah dicantumkan supaya pengunjung bisa memastikan bahwa produk Anda benar-benar menjawab kebutuhan mereka.
Walaupun deskripsinya berupa hal-hal yang teknis, tetaplah membuat kalimat yang relevan di benak pengunjung.
Hindari istilah teknis yang membuat mereka kesulitan dalam memahami fitur produknya.
6. How It Works
Bagian ini menjelaskan bagaimana cara kerja produk atau layanan yang ditawarkan.
Daripada menggunakan teks, Anda bisa menggantinya dengan diagram yang menjelaskan langkah-langkah penggunaan produk.
Lain halnya jika produk Anda merupakan serangkaian webinar atau acara konferensi, Anda bisa menjelaskan apa saja kegiatan atau silabus yang dibahas dalam beberapa hari tersebut.
Pastikan bagian headings untuk ‘How It Works’ tetap singkat.
Anda juga bisa menambahkan tombol CTA yang mengarahkan mereka untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai cara kerja produk atau layanan yang ditawarkan.
Kendati demikian, Anda harus membuat deskripsinya tetap berada di satu halaman landing yang sama supaya pengunjung tetap fokus pada landing page Anda.
7. Testimonial atau Use Case
Berbeda dengan social proof, testimoni berisi penjelasan lebih lanjut mengenai bagaimana produk Anda memberikan dampak bagi penggunanya.
Untuk membuatnya lebih mendalam, Anda bisa memasukkan studi kasus singkat yang menunjukkan problem spesifik serta bagaimana produk Anda bisa mengatasi masalahnya.
Masukkan data dan hasil aslinya ke dalam kolom testimoni.
Apabila penjelasannya lebih mendetail, Anda bisa membuat tautan yang mengarah ke sumbernya supaya pengunjung bisa membacanya lebih lanjut.
Intinya, testimoni yang Anda masukkan harus didukung oleh data yang terjadi di lapangan.
8. Call to Action
Struktur inilah yang tidak boleh diabaikan dalam landing page.
CTA haruslah bersifat jelas dan menggugah pengunjung untuk melakukan langkah selanjutnya setelah melihat landing page.
Pastikan tombol CTA yang dibuat tetap sederhana, tetapi lugas dan langsung mengajak mereka untuk melakukan aksinya.
CTA ini harus menggambarkan langkah yang harus dilakukan konsumen ketika mengekliknya.
Misalnya, Anda menyediakan layanan konsultasi untuk menemukan bakat.
Daripada membuat CTA yang berisi: ‘Temukan Bakatmu’, lebih baik Anda menggunakan ‘Daftar Konsultasi Gratis’ supaya pengunjung bisa memahami langkah berikutnya dalam melakukan konversi.
9. FAQs
Tidak jarang pengunjung yang melihat produk Anda di landing page mempunyai beberapa pertanyaan yang terlintas di benaknya.
Ada kalanya pertanyaan tersebut bersifat generik atau sudah sering ditanyakan. Anda bisa menampung semua pertanyaan tersebut dalam kolom Frequently Asked Questions (FAQ).
Pertanyaannya bisa Anda dapatkan dengan pertanyaan yang sering diajukan oleh konsumen melalui media sosial, email, atau bahkan WhatsApp.
Dari pertanyaan tersebut, Anda bisa membuat jawaban singkatnya.
Intinya, kolom FAQ ini bermanfaat untuk menghapus keraguan yang sering muncul di benak pengunjung sebelum mereka melakukan konversi.
10. Footer
Struktur ini biasanya bersifat opsional tetapi sering pula digunakan. Anda bisa memasukkan tautan yang penting, tetapi berkaitan dengan tujuan konversi utama.
Selain itu, Anda juga bisa mencantumkan informasi kontak supaya pengunjung tertarik menghubungi Anda lebih lanjut.
Usahakan bagian footer ini tetap minimalis supaya pelanggan tidak mudah teralihkan dari tujuan konversi utama Anda.
Checklist Design Landing Page
Banyak sekali, ya, struktur yang harus diperhatikan dalam mendesain landing page supaya bisa menghasilkan angka konversi yang tinggi?
Semua struktur di atas tentunya perlu diatur dalam desain landing page supaya terlihat menarik.
Nah, agar desain yang dibuat tetap menarik di mata pengunjung, Anda bisa mengikuti checklist di bawah ini:
- Layout atau tata letak yang rapi dan terorganisasi supaya pengunjung bisa membaca informasi penting di landing page.
- Menerapkan prinsip hierarki visual seperti: headline harus lebih menonjol dan sub-headline harus lebih kecil.
- Penggunaan whitespace agar landing page tidak terkesan terlalu ramai.
- Penggunaan CTA yang menonjol secara visual alias kontras dengan latar belakang.
- Desain yang mobile-friendly supaya bisa diakses oleh pengguna seluler.
- Setiap tombolnya sudah responsif ketika diklik.
- Kecepatan loading yang optimal tetapi tidak mengorbankan kualitas gambar atau video.
- Pemilihan palet warna yang sesuai brand identity.
- Penggunaan font yang mudah dibaca dan profesional.
Contoh High Converting Landing Page
Wajar saja jika Anda masih merasa bingung dalam membuat landing page yang mampu mendatangkan konversi secara maksimal.
Anda mungkin sudah melihat berbagai contoh landing page yang lengkap dan mencakup struktur yang sudah dibahas sebelumnya.
Jangan khawatir, kami bisa memberikan contoh landing page yang high-converting untuk Anda pelajari.
Di bawah ini adalah landing page Program Coaching manajemen waktu dari Akademi Produktif yang berhasil mendatangkan konversi di setiap sesi coaching-nya.
Di atas adalah hero section dari landing page program coaching.
Penggunaan kata ‘STOP’ yang diikuti dengan kebiasaan umum seperti menulis tugas menggunakan to-do-list berhasil menarik atensi pengunjung.
Mereka akan berpikir mengenai kesalahan dalam menggunakan to-do-list ketika menulis daftar tugas.
Akademi Produktif juga menjelaskan kekurangan to-do-list dalam bentuk diagram sehingga pengunjung lebih mudah memahami masalahnya.
Copywriting pada landing page-nya menerapkan prinsip storytelling sehingga terkesan mulus dan menarik untuk dibaca.
Landing page terlihat lebih menarik karena fitur benefit yang ditawarkan.
Akademi Produktif menjelaskan value apa yang akan didapatkan oleh peserta coaching ketika mengikuti programnya.
Benefit-nya tentu relevan dengan kehidupan pribadi sehingga banyak orang yang tertarik mengikuti programnya.
Testimoni program coaching juga dimasukkan dalam landing page. Komponen testimoni seperti foto peserta, nama, dan pekerjaan juga membuat landing page ini kredibel.
Selain itu, Akademi Produktif juga memasukkan logo brand yang telah menjalin kerja sama sebagai bagian dari social proof.
Bagaimana? Sudahkah Anda memahami struktur yang harus ada dalam landing page supaya bisa menghasilkan angka konversi yang tinggi?
Apabila sudah, jangan lupa untuk menerapkannya dalam landing page Anda, ya!
Sumber Studi Kasus:
Time Control System – Jadi Produktif